Mappateseng Sapi: Kearifan Lokal berbasis Risk Sharing dan Profit Sharing

ARTIKEL2651 Dilihat

Oleh: Marlia Rianti, Dosen Universitas Muhammadiyah Bone, Mahasiswa S3 Agribisnis  Universitas Muhammadiyah Makassar

Mappatteseng adalah sebuah sistem kearifan lokal di   Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Bone, yang didasarkan pada prinsip risk sharing dan profit sharing dalam pemeliharaan ternak sapi. Istilah “mappatteseng” sendiri berasal dari bahasa Bugis yang menggambarkan praktik saling membantu dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pemeliharaan hewan ternak seperti sapi. Sistem ini tidak hanya berfungsi sebagai strategi ekonomi, tetapi juga memiliki nilai-nilai sosial dan budaya bagi masyarakat Bugis.

Di banyak komunitas peternak sapi di Kabupaten Bone, mappateseng mengacu pada sistem di mana pemilik modal dan peternak  berbagi tanggung jawab dan manfaat dari usaha peternakan. Pemilik modal adalah individu masyarakat yang memiliki dan menyediakan modal awal.  Dalam praktiknya, pemilik modal menyediakan sapi dan dana awal untuk membeli pakan serta obat-obatan Sedangkan peternak adalah individu peternak yang menyediakan tenaga kerja dan pengelolaan sehari-hari. Peternak bertanggung jawab untuk merawat sapi sehari-hari, memberi makan, membersihkan kandang, dan memastikan kondisi sapi tetap sehat dan produktif.

Keuntungan dari hasil penjualan sapi yang dibagi antara pemilik modal dan peternak berdasarkan kesepakatan sebelumnya merupakan bentuk dari profit sharing. Bagi hasil ini biasanya dibagi setelah mempertimbangkan semua biaya operasional yang terkait dengan pemeliharaan sapi, seperti pakan, obat-obatan, dan biaya operasional lainnya. Pola mappateseng ini tidak hanya berfungsi sebagai model bisnis ekonomi, tetapi juga sebagai bentuk kearifan lokal yang mempromosikan solidaritas dan keadilan sosial di antara individu dalam masyakat dan individu  peternak. Melalui prinsip risk sharing, risiko kegagalan usaha lebih terdistribusi secara adil di antara pemilik modal dan peternak, mengurangi tekanan finansial yang ditanggung oleh satu pihak.

Selain itu, pola ini juga mempromosikan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal tentang tanaman pakan dan metode pertanian tradisional, pola mappateseng membantu mempertahankan keseimbangan ekosistem lokal sambil memastikan ketersediaan pakan yang memadai untuk sapi. Keselarasan antara pemilik modal dan peternak dalam pola mappateseng juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat dan peternak. Mereka tidak hanya berbagi keuntungan ekonomi, tetapi juga saling mendukung dalam menjaga keberlanjutan usaha peternakan.

Mappateseng  juga memiliki keunggulan dalam menjaga kesejahteraan hewan. Dengan adanya perawatan harian yang baik oleh peternak, sapi-sapi yang dipelihara cenderung lebih sehat dan produktif dibandingkan dengan sistem peternakan besar yang lebih terpusat. Secara historis, mappateseng sawi bukan hanya sebuah model bisnis, tetapi juga mewakili kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Praktik ini telah diturunkan dari generasi ke generasi, terus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan ekonomi komunitas peternak.

Keberlanjutan mappateseng juga tergantung pada kesadaran akan pentingnya mempertahankan praktik-praktik tradisional ini di tengah arus modernisasi dan urbanisasi. Masyarakat peternak perlu terus mengembangkan strategi untuk menghadapi tantangan baru dalam lingkungan ekonomi yang berubah. Pengembangan dan peningkatan kapasitas menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan mappateseng. Melalui pendidikan dan pelatihan, masyarakat peternak dapat memperkuat sistem manajemen dan pengetahuan teknis yang mendukung pertumbuhan usaha peternakan secara berkelanjutan.

Mappateseng juga memberikan inspirasi bagi pengembangan kebijakan publik dalam mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan. Melalui pengakuan dan dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait, praktik ini dapat lebih terjaga dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat peternak. Dengan demikian, mappateseng tidak hanya memainkan peran penting dalam mengelola usaha peternakan sapi secara efektif, tetapi juga sebagai simbol kearifan lokal yang harus dipertahankan dan dikembangkan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *