Pemkab Bone Menggelar Dialog Kebudayaan

Dalam upaya pelestarian budaya lokal, Pemerintah Kabupaten Bone melalui Dinas Kebudayaan menggelar dialog Kebudayaan yang mengangkat tema ” Mengelola Sumber Daya Budaya Untuk Kesejahteraan Masyarakat Bone”.

Dialog itu menghadirkan pembicara Andi Najamuddin Petta Ile (Budayawan Bone), Drs.H.Andi Youshand Tenritappu (Sejarawan Bone), serta Dr.A.Akhmar,M.Hum. Kegiatan tersebut dilaksanakan di KFC Jalan Jend.Ahmad Yani Watampone, Selasa 7 November 2017 yang dihadiri OPD/SKPD, Camat, Perangkat Desa, Penilik Kebudayaan, Kalangan Media dan Pers se-Kabupaten Bone.

Moderator dialog Ir.Barham Bahtiar menjelaskan, bahwa tujuan dialog selain pemaparan arah dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bone dalam mengembangkan seni dan budaya dalam kemajemukan masyarakat, tetapi juga untuk mendapatkan solusi dan kesepahaman dengan mendengar saran dan pendapat masing-masing peserta.

Keseluruhan saran, ide/gagasan, dan pendapat dari peserta dialog itu dirangkum dan dijawab oleh masing-masing pemateri, selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi Dinas Kebudayaan dalam upaya mengembangkan kebudayaan di Kabupaten Bone.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone H. Andi Promal Pawi,S.T.,M.Si. memaparkan kesiapan Kabupaten Bone menjadi salah satu Kota Pusaka di Indonesia.

Menurutnya, ” Bone memiliki lokasi situs bersejarah serta kearifan lokal yang tersebar dan banyak keunikannya, karena itu layak kita perjuangkan Bone menjadi Kota Pusaka, namun dibalik itu tidak segampang yang dibayangkan, karena persyaratan menjadi sebuah kota pusaka tidaklah mudah,” ujarnya

Sementara Sejarawan Bone Drs. H. Andi Youshand Tenritappu menjelaskan tentang benda-benda peninggalan kerajaan Bone dimasa lalu serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta dialog.

Selanjutnya, A.Akhmar menjelaskan pentingnya digitalisasi kekayaan budaya leluhur. Era teknologi sekarang ini tentu dapat pula dijadikan tonggak pelestarian kebudayaan asli Indonesi. Teknologi yang canggih sekarang ini dapat dimanfaatkan untuk melestarikan kebudayaan asli,apalagi dengan adanya komputer yang sekarang semakin canggih. Dengan komputer inilah dapat dilakukan inventarisasi dan digitalisasi kekayaan budaya leluhur kita.

Suasana dialog menjadi cair ketika Budayawan Bone Andi Najamuddin Petta Ile dengan bahasa Bugis yang fasih dengan terjemahan bahasa Indonesia memaparkan tentang kearifan lokal yang mulai tersingkirkan.

Menurutnya, jatidiri kita sebagai orang Bone mulai tergerus, banyak tatanan kearifan lokal yang sudah ditinggalkan. Apabila kita ingin mengembalikan jatidiri, Petta Ile menyarankan Gerakan Kembali Keawal, yakni pentingnya Ahlak dan Moral yang harus dimulai dari keluarga, TK-SD kelas VI.

Petta Ile juga meminta pihak terkait, seluruh karya budaya Bone dibuatkan hak paten agar dikemudian hari anak-anak kita tidak kehilangan. “Bugis itu bukan hanya milik Bone tetapi ada juga di daerah lain, namun tatanan dan kearifan Bugis ada di Bone,” paparnya.

Banyak diantara peserta dialog yang menyarankan Lembaga Adat Bone diberdayakan secara maksimal, tentu harus dimulai dengan Anggaran Dasar yang jelas serta legalitas badan hukumnya.

“Masih banyak situs sejarah dan budaya di Kabupaten Bone yang belum tercatat dan terangkum dengan baik, hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua,” tutur penyusun “Tata Cara Pernikahan Adat Bone” Andi Najamuddin Petta Ile.

Apabila seluruh potensi budaya dan pariwisata kabupaten Bone ditata dengan apik niscya bisa mendatangkan hasil yang ujung-ujungnya adalah kesejahteraan rakyat Bone itu sendiri.

Banggalah Menjadi orang Bugis, Banggalah Menjadi Orang Bone, Mari Kita Berpikir, Mari Kita Duduk Bersama, Mari Kita Bicara Bersama, Mari Kita Lestarikan Adat Istiadat, Guna Mewujudkan Masyarakat Bone yang Sehat,Cerdas, dan Sejahtera.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten ini berlangsung lancar dan mendapat dukungan positif dari peserta dialog serta berharap kegiatan seperti ini dilaksanakan secara berkesinambungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *