Laporan dari Masamba, Bupati Indah Putri Tak Kuasa Menahan Air Mata

Bupati Luwu Utara, Ibu Indah Putri Indriani tak kuasa menahan air matanya setelah menerima rombongan Bupati Bone, Bpk. H.Andi Fahsar Mahdin Padjalangi, Sabtu 25 Juli 2020.

Rombongan Bupati Bone tiba di Masamba dengan 123 mobil. Mereka datang dengan misi Bone Peduli Masamba.

Kehaadiran warga Bone yang langsung menyemangati masyarakat Masamba membuat Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani, S.I.P., M.Si. merasa terharu.

Armada dari Bone membawa bantuan berupa 46 ton beras, 6.600 dus air mineral, 4.100 dus pakaian baru, sabun, susu bayi, popok bayi, sembako, alat tidur. Serta mendirikan dapur umum dan membuka posko kesehatan.

Bone juga mengirim sejumlah dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi korban banjir dan longsor di Masamba.

Sekira pukul 09.03 Wita cuaca sedikit mendung di Taman Siswa, Masamba. Sesaat kemudian Bupati Luwu Indah tiba dengan mobil doubel cabin berwarna merah.

Dia menerima rombongan dari Bone yang tiba sejak tadi malam (Jumat 24 Juli 2020 pukul 22.30 Wita).

Bupati Bone, Bpk.H. Andi Fahsar Mahdin Padjalangi mengatakan, bantuan ini merupakan rasa simpati dari masyarakat Bone untuk didistribusikan ke masyarakat Masamba.

“Di tempat ini juga kita tetap membuka dapur umum siapa tahu ada orang yang datang, lalu tim kesehatan akan memberikan dan pengobatan gratis” kata Bupati Bone.

” Dokter-dokter dari Bone juga akan mengunjungi pengungsian dan juga akan bergerak ke puskesmas,” tuturnya.

Usai Bupati Bone memberi sambutan tampak Bupati Indah Putri Indriani masih tersenyum.

Perlahan dia membuka maskernya untuk berbicara dan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Bone.

Lalu Bupati Indah terdiam sejenak. Ia memakai maskernya kembali. Dan berusaha menutupi air matanya yang terlanjur jatuh.

Namun, itu hanya sesaat. Sebab suaranya terdengar tersedu-sedu. Dia tak kuasa menahan air matanya lagi.

Lalu ia memeluk Puang Baso Fahsar dengan perasaan yang mengharu biru.

Sejurus kemudian terdengar bahana satu lapangan menyemangati ibu dua anak itu. Ia perempuan hebat salah satunya perempuan yang menduduki jabatan bupati di provinsi Sulawesi Selatan saat ini.

“Luwu Utara tidak sendiri … kami saudaramu dari Bone … Bone peduli Masamba, …. Luwu Utara harus semangat ….” teriak seluruh orang di lapangan.

Indah pun mulai berbicara kembali. “Saya pertama kalinya menangis begini. Tapi, satu yang pasti saya tidak boleh menangis di depan rakyatku. Saya harus tetap menyemangati mereka,” akunya.

Kata Indah, dukungan masyarakat Bone merupakan kekuatan yang diberikan kepada Luwu Utara, khususnya kepada masyarakat yang terdampak banjir bandang yang melanda tiga kecamatan.

“Akibat meluapnya tiga sungai ada 14.000 warga kami mengungsi, tapi alhamdulillah beberapa sudah mencoba untuk kembali,” tuturnya.

Indah tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukurnya atas donasinya kepada masyarakat dan akan diteruskan langsung.

“Mohon terus didoakan dan kami tidak sendiri. Terima kasih. Sampaikan salam hormat Kakanda buat seluruh warga Bone yang telah memberikan bantuannya”

Insya Allah Luwu Utara segera bangkit dan menata kehidupannya lagi,” ucapnya menangis lalu kembali memeluk Puang Baso Fahsar.

Catatan Sejarah Hubungan Bone-Luwu

Jika menoleh sejarah hubungan Bone dengan Luwu tidak ada yang bisa memisahkan hubungan emosional masyarakatnya kedua daerah ini.

Di masa kerajaan kedua daerah telah mengikat janji dan sumpah setia yang disebut perjanjian “Polo Malelae”.

Raja Bone pada masa itu adalah La Tenrisukki, Raja Bone ke-5 yang memerintah tahun 1510-1535.

Dalam catatan sejarah mengatakan, bahwa Polo Malelae Unnynyi adalah sebuah perjanjian perdamaian antara dua negara/kerajaan, yaitu Bone dan Luwu.

Perjanjian itu dalam mengakhiri perang dan permusuhan Bone dengan Luwu. Perang itu disebut Perang Cellu. Adapun isi perjanjian Polo Malelae terdiri 6 butir sebagai berikut :

Makkedai Arumpone (berkata raja Bone) :

1. Mali siparappe’ki, mareba sipatokkokki, dua ata seddi puang. Gau’ku Luwu gau’na Bone, manguru ja manguru deceng.

Artinya :

Kita naikkan yang hanyut, kita tegakkan yang rebah. Dua rakyat satu raja, tindakan Luwu tindakan Bone, sama-sama menanggung buruk baiknya.

Maksudnya, kita bantu bagi yang membutuhkan bantuan, rakyat dan raja Bone bersatu dengan rakyat dan raja Luwu dalam menghadapi segala tantangan.

2. Tessipamate-matei, sisappareng akkenunggi, tessibawengmpawengngi, tessitajeng alilungngi.

Artinya:

Tidak saling mematikan, saling menunjukkan hak milik, tidak saling menghina, dan tidak saling mencari kesalahan.

Maksudnya, Bone dan Luwu jangan saling mencelakakan, tetapi mestinya saling menghormati dan menghargai hak milik masing-masing.

3. Namau na siwenni mua lettu’na to Bone ri Luwu, Luwu ni. Namau na siwennimua lettu’na Luwue ri Bone, to Bone ni mennang.

Artinya:

Walaupun baru satu malam orang Bone berada di Luwu, maka mereka sudah menjadi orang Luwu, walaupun baru satu malam orang Luwu berada di Bone, maka mereka sudah menjadi orang Bone.

Maksudnya, orang Luwu ataupun orang Bone diperlakukan, dihargai, dan dihormati sama seperti kalau mereka berada di negeri sendiri di Bone ataupun di Luwu.

4. Tessiagelliang tessipikki, bicaranna Bone bicaranna Luwu, ade’na Bone Ade’na Luwu, Ade’na Luwu ade’na Bone.

Artinya:

Tidak salaing memarahi dalam kesulitan, masalahnya Bone masalahnya Luwu, adatnya Bone adatnya Luwu, adatnya Luwu adatnya Bone.

Maksudnya, Bone dan Luwu bersama-sama bertekad menyelesaikan masalah mereka berdasarkan ketentuan hukum dan norma adat masing-masing.

5. Tessiacinangngi ulaweng matasa, pattola malampe.

Artinya:

Tidak saling mengingingkan emas murni dan calon generasi penerus.

Maksudnya, Bone dan Luwu tidak saling mengambil hak dan mencampuri masalah urusan dalam negeri masing-masing sampai generasi selanjutnya.

6. Nigi-nigi temmaringngerang riulu adae, iyya risering parowo ri DewataE lettu ritorimunrinna. Iyya makkuwa ramun-ramunna, apu-apunna ittello riaddampessangnge ri batue.

Artinya:

Barang siapa yang mengingkari perjanjian perdamaian ini, maka dialah akan disapu seperti sampah oleh Allah sampai kepada anak cucunya, dan negerinya akan hancur seperti telur yang diempaskan ke batu.

Maksudnya, Bila Luwu dan Bone mengingkari perjanjian perdamaian ini, maka akan mendapat kutukan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah kita menyimak isi perjanjian atau ulu ada di atas, dapat disimpulkan bahwa peperangan bukan sebuah solusi untuk menuju kesejahteraan.

Tetapi persahabatan adalah sebuah solusi untuk kita hidup berdampingan dan bersama-sama meraih kesejahteraan.

Tambahan:

Ulu Ada dalam bahas Indonesia disebut Perjanjian. Polo berarti patah dan Malelae berarti besi yang sangat kuat sulit dipatahkan.

Dalam bahas Bugis biasa disebut Bessi Mancing, yaitu diibaratkan besi beton yang sangat kukuh. (Murs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *