Sejarah, Penetapan, dan Makna Hari Jadi Bone

Hari Jadi Bone yang selanjutnya disingkat HJB adalah sebuah istilah yang merujuk kepada penetapan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 1990 Tanggal 22 Maret 1990 Seri C Nomor 1 Tentang Penetapan Hari Jadi Bone.

Inti peraturan daerah (perda) kabupaten Bone tersebut, bahwa Hari Jadi Bone ditetapkan pada tanggal 6 April terhitung sejak masa pemerintahan raja Bone I yaitu Manurunge ri Matajang yang memerintah tahun 1330-1365.

Raja Bone I Manurungnge ri Matajang memimpin Bone selama 35 tahun. Kemudian awal tahun pemerintahannya inilah yang menjadi awal perhitungan Hari Jadi Bone.

Dengan demikian, dasar penetapan tahun merujuk pada pelantikan raja Bone I pada tahun 1330. Sedangkan Tanggal 6 April berdasarkan tanggal pelantikan raja Bone XVI Lapatau Matanna Tikka Matinroe ri Nagauleng yang memerintah tahun 1696-1714.

Peringatan Hari Jadi Bone awalnya diprakarsai Bupati Bone ke-12 Andi Syamsu Alam yang memerintah tahun 1983-1988. Beliau dikenal memiliki kepribadian menonjol menjunjung tinggi nilai-nilai sejarah dan budaya. Di akhir pemerintahannya beliau menitip prakarsa tersebut kepada pemimpin Bone selanjutnya.

Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Bupati Bone ke-13 Andi Syamsoel Alam yang memerintah tahun 1988-1993. Beliau juga dikenal memiliki kedisiplinan yang cukup tinggi, namun tidak melupakan apa yang telah dirintis pendahulunya. Nama keduanya hampir sama namun berbeda.

Melalui berbagai tahapan seminar dengan melibatkan para ahli sejarah serta tokoh adat budaya. Dua tahun kemudian terbit Perda Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 1990 Tanggal 22 Maret 1990 Seri C Nomor 1 Tentang Penetapan Hari Jadi Bone.

Berdasarkan catatan sejarah, bahwa kerajaan Bone berdiri sejak tahun 1330 Manurunge ri Matajang sebagai raja pertama. Beliau memimpin Bone selama 35 tahun. Tahun 1330 inilah yang menjadi awal perhitungan hari jadi Bone.

Seiring perkembangan, kerajaan Bone mengalami pasang surut sebagai akibat pergolakan internal dan eksternal, kemudian Lapatau Matanna Tikka diangkat menjadi raja Bone ke-16 pada tanggal 6 April 1696, beliau memerintah selama 18 tahun. Tanggal 6 April inilah yang dijadikan bulan dan penanggalan untuk memperingati hari jadi Bone.

Sementara itu, setelah melalui perundingan antara Jakarta-Bone, akhirnya kerajaan Bone bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 4 Juli 1959 dan berganti nama menjadi kabupaten Bone.

Hal tersebut diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 Tanggal 04 Juli Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi termasuk Bone.

Undang-undang ini disahkan dan diundangkan di Jakarta tanggal 04 Juli 1959 dalam Lembaran Negara Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi.

Dari catatan tersebut di atas, tahun 2020 ini Bone merayakan hari jadinya yang ke-690 tahun tepatnya 6 April 2020 (1330-2020).

UNTUK APA HARI JADI BONE

Peringatan Hari Jadi Bone berarti menyatukan Hati, Jiwa, Cipta, Rasa, dan Karsa dari berbagai elemen untuk menggapai cita-cita Bone yang mabessa. Kita jadikan momentum ini sebagai penyemangat untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Bone.

Dengan Sumange Teallara teguh dalam keyakinan kukuh dalam kebersamaan, seluruh masyarakat Bone seharusnya melanjutkan perjuangan para pemimpin terdahulu yang telah mengabdikan diri membangun Kabupaten Bone ini, agar karya yang sudah ditorehkan selama ini semua bermanfaat bagi masyarakat.

Alangkah bijaknya kalau pada saat ini, kita menghormati dan menghargai jasa para leluhur kita yang telah mewariskan berbagai kearifan dalam mengarungi kehidupan. Kita berharap berbagai sikap positif leluhur para pendahulu Tana Bone dijadikan refleksi dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat pengabdian untuk rakyat, ketulusan berkorban demi kemaslahatan bersama, keikhlasan berjuang dalam berbagai keterbatasan, kesiapan memberi tanpa harapan balas jasa, adalah sikap-sikap terpuji leluhur kita yang tampaknya kita harus berguru pada mereka.

Dengan peringatan Hari Jadi Bone agar kita meresapi nilai-nilai sumange teallara para leluhur untuk diterapkan pada berbagai aspek kehidupan. Hendaknya peringatan hari jadi daerah kita ini janganlah hanya sebatas upacara seremonial semata, yang ditandai dengan berbagai kegiatan dan kegembiraan.

Tapi yang lebih penting lagi adalah, bagaimana kita merenungkan, menghayati, memetik pelajaran, dan memaknai substansi hari jadi ini, agar nilai nilai sejarah adat budaya peradaban zaman dulu, tidak begitu saja kita abaikan.

Kita mempunyai banyak potensi sumber daya alam yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, karena itu mari kita manfaatkan dengan optimal secara bijaksana agar dapat berkontribusi terhadap terwujudnya Bone yang lebih mabessa, lebih maju sejahtera, dan berkeadilan.

Ada empat substansi peringatan Hari Jadi Bone dan penting bagi seluruh lapisan masyarakat Bone, yaitu:

“Pertama, tancapkan niat yang ikhlas dalam diri kita, ketika kita melayani dan mengayomi masyarakat. Sikap itu telah diperlihatkan oleh leluhur kita dulu yang kini tercatat dalam berbagai tulisan sejarah dan prasasti.

Kedua, siatting lima, sitonra ola, tessipano adalah ciri khas sikap leluhur kita dulu. Belajarlah pada semut yang selalu berjalan beriringan dan tidak saling menjatuhkan.

Ketiga, jangan pernah mengeluh dalam bekerja sebab keluhan tak pernah menyelesaikan permasalahan. Kita renungkan ungkapan bijak dari orang tua kita dulu ” resopa temmangingngi naletei pammase dewata” hanya dengan doa, kerja keras, tulus ikhlas sehingga Tuhan menurunkan rahmat-Nya. Tidak pernah ada medan perjuangan yang ditaburi bunga melainkan harus melewati lembah, ngarai, dan lautan.

Dan yang terakhir, pelajarilah sikap mulia dan kepribadian leluhur kita dulu, lalu renungkan, dan jadikan inspirasi untuk pengabdian kita saat ini. Dengan cara itu, peringatan Hari Jadi Bone daerah kita tercinta Insya Allah akan lebih bermakna. (Murs).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *