Penjelasan Motto Kabupaten Bone

Sebelum menguraikan makna “ SUMANGE TEALARA ” terlebih dahulu kita membaca deskripsi di bawah ini.

APAKAH ITU SEMANGAT ?

Terkadang kita begitu bersemangat untuk merencanakan sesuatu. Baik itu soal pekerjaan, karir, belajar/ menuntut ilmu, menjalin hubungan, usaha, berkarya maupun dalam mengejar target. Kita tahu bahwa semangat itu ada pada keyakinan dalam diri kita. Kita juga tahu bahwa semangat itu ada pada minat kita terhadap apa yang akan dan kita lakukan.

Namun semua itu barulah sebuah rencana dan bukan berarti semangat yang sesungguhnya. Karena sejatinya sebuah semangat itu bukan hanya mesti ada diawal kita melakukan sesuatu. Tapi ia perlu dipertahankan, berkesinambungan, dan dimunculkan terus menerus dalam menyelesaikan apa yang kita lakukan. Sehingga rasa semangat itu benar-benar menjadi energi kita dalam berproses.

Sebuah contoh sederhana, seorang siswa mengatakan bahwa ia bersemangat sekali untuk pergi ke sekolah. Tetapi mungkin di sekolah ia hanya bersemangat di awal-awal hari saja. Setelah beberapa jam kemudian menemukan hal-hal yang sulit, pelajaran yang rumit, atau guru yang tak disukainya, siswa tersebut sudah mulai mengeluh dan kehilangan gairah untuk belajar. Hal ini berarti siswa yang bersangkutan tidak memiliki semangat yang sesungguhnya.

APAKAH ANDA BERSEMANGAT ?

Jika Anda benar-benar memiliki semangat dalam mengarungi hidup ini maka Anda akan menemukan hal-hal berikut :

1. Apakah Anda masih bersemangat saat baru saja menemukan kendala ?
2. Apakah Anda bersemangat ketika rasa lelah mulai menghampiri ?
3. Apakah masih bersemangat saat sebuah masalah datang pada hidup Anda ?
4. Apakah Anda masih bisa bersemangat ketika menemukan jalan buntu di ujung jalan ?

Pernyataan di atas mengartikan apa yang dinamakan dengan semangat yang sesungguhnya. Seperti halnya waktu , bukan berarti semangat itu hanya ada pada pagi hari yang cerah, segar, dan riang gembira. Namun semangat itu juga harus tetap ada di waktu siang yang panas, gerah, dan penuh beban dalam pikiran kita. Hingga sore pun tiba menjemput malam semangat itu tetap harus dipertahankan.

MENGAPA PERLU SEMANGAT ?

Semangat merupakan integritas jiwa dan jasmani dalam beraktivitas. Arti semangat adalah bagaimana kita dapat membuktikan dan mempertahankan keyakinan diri. Tentunya bukan hanya rencana diawal saja, akan tetapi semangat itu bagian dari seluruh proses. Dengan demikian semangat itu adalah sebuah kebutuhan yang hakiki dalam menjalani kehidupan. ”

“Semangat itu muncul dari sebuah keyakinan dan keyakinan itu merupakan sesuatu yang muncul karena dijalani bukan karena perkataan semata”

MOTTO DAN SEMBOYAN

MOTTO adalah kata atau kalimat pendek yang menggambarkan motivasi, semangat untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau daerah. Motto biasanya menggunakan bahasa daerah setempat (lokal). Kalau di Kabupaten Bone tentu menggunakan bahasa Bugis.

SEMBOYAN atau SLOGAN adalah susunan kalimat yang dipakai sebagai dasar tuntunan suatu organisasi atau usaha. Semboyan atau slogan mengacu kepada suatu makna tertentu yang memberikan semangat sekaligus ciri khas pada organisasi.
Misalnya :
Budaya Kerja Pemerintah Kabupaten Bone, yaitu :
1. Bekerja Keras
3. Bekerja Cerdas
4. Bekerja Ikhlas
5. Bekerja Tuntas

Untuk mewujudkan semboyan atau slogan tersebut di atas, maka diperlukan motto sebagai BAHASA KUNCI yang mampu memberikan semangat dan kekuatan, serta keyakinan dalam diri untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan membudayakan bekerja keras, cerdas, iklhlas, dan tuntas merupakan jembatan untuk mencapai visi menuju masyarakat Bone yang sehat, cerda, dan sejahtera .

SEJARAH

Sejak dahulu, Bone dikenal memiliki norma dan peradaban yang sangat tinggi. Sebagai kerajaan yang pernah berjaya di Jazirah Selatan Sulawesi namun sepak terjangnya meliputi nusantara bahkan mencapai benua lain.

Leluhur Bone selain memiliki kecerdasan spritual tetapi juga memilik kecerdasan emosial dalam menjalani hidup baik dalam praktiknya di segi sejarah, Sosial budaya, ekonomi maupun politik. Tak heran dimasa sekarang ini anak cucu dan generasi leluhur Bone banyak yang berkiprah dibidang-bidang tersebut.

Belajar dan mengambil hikmah dari sejarah kerajaan Bone pada masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan ke arah yang lebih baik. Ketiga hal yang dimaksud adalah :

PERTAMA, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminologi politik modern dikenal dengan istilah demokrasi.

Ini dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut “Ade Pitue“, yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasihat raja.

Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh Ade Pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja untuk dilaksanakan.

Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat mengedepankan asas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal dari pesan Kajao Lalliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup pada tahun 1507-1586 di masa pemerintahan Raja Bone ke-7 La Tenrirawe Bongkangnge. Lamellong yang bergelar Kajao Lalliddong berpesan kepada Raja bahwa ada empat faktor yang membesarkan kerajaan yaitu:

MAMMULANNA : Seuwani, Temmatinroi matanna Arung Mangkau’E mitai munrinna gau’e (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).
MADDUWANNA: Maccapi Arung Mangkau’E duppai ada’ (Raja harus pintar menjawab kata-kata).
MATTELLUNNA : Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’ (Raja harus pintar membuat kata-kata atau jawaban).
MAEPPANA : Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak lupa menyampaikan kata-kata yang benar).

Pesan Kajao Lalliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan ke dalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya perasaan, pikiran, dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.

KEDUA, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada pandangan yang meletakkan kerja sama dengan daerah lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi lebih baik.

Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone di masa lalu. Dan sebagai bentuk monumental dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar bersama kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng yang melahirkan TELLUMPOCCOE atau dengan sebutan lain LAMUMPATUE RI TIMURUNG.

Perjanjian tersebut dimaksudkan sebagai upaya mempererat tali persaudaraan ketiga kerajaan untuk memperkuat posisi kerajaan masing-masing dalam menghadapi tantangan dari luar.

KETIGA, warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu. Banyak hikmah yang bisa dipetik dalam menghadapi kehidupan, dalam menjawab tantangan pembangunan serta menghadapi perubahan-perubahan yang semakin cepat.

Namun yang terpenting adalah bahwa semangat religiusitas dengan motto SUMANGE TEALARA orang Bone dapat menjawab perkembangan zaman dengan segala bentuk perubahan dan dinamikanya.

SUMANGE’

Kata Sumange’ dalam bahasa Bugis merupakan ungkapan yang menggambarkan di mana terjadi interaksi antara jiwa dan raga pada situasi tertentu sehingga menimbulkan efek perasaan senang, bahagia, dan bersemangat.

Sering kita dengar ungkapan Bugis Kuru’ Sumange’mu Ana’. Hal ini mengandung makna seorang ibu atau ayah memberi ucapan selamat kepada anak yang baru saja menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Demikian pula apabila seorang anak yang mengalami sakit parah atau baru saja sembuh dari penyakitnya “ Kuru’ Sunge’mu Ana’ Malampe Sunge’mu Ana’ “ hal ini merupakan ungkapan orang tua kepada anak yang sedang menderita sakit semoga cepat sembuh dan panjang.

Kata SUNGE’ dalam bahasa Bugis melambangkan Ruh atau Jiwa sedangkan kata SUMANGE dapat diartikan sebagai penyatuan antara jiwa dan raga.

TEALARA

Teallara terdiri atas dua kata yakni Tea dan Lara’ . Dalam bahasa Bugis Tea artinya tak akan (Takkan) sedang lara’ bermakna terpisah, keluar dari kesatuan. Jika kedua kata tersebut disatukan menjadi TEALARA artinya takkan terpisahkan sehingga bermakna kukuh dan kuat.

SUMANGE  TEALARA

SUMANGE merupakan pengintegrasian antara jiwa dan raga. Sedang kata TEALARA berarti tidak terpisah, tidak bercerai-berai, yang menggambarkan kebersamaan, kekukuhan dan keyakinan diri.

Karena itu, SUMANGE TEALARA merupakan pengintegrasian jiwaraga untuk mewujudkan keteguhan dan keyakinan diri yang berawal dari niat yang tergambar dalam prilaku dan perbuatan untuk bersama-sama mengahadapi sebuah pekerjaan atau tantangan kehidupan.

Di antara sekian banyak petuah Bugis Bone yang sering kita dengar seperti, Siatting Lima, Sitonra Ola, Tessibelleang, Tessipano, Getteng, Lempu, Ada Tongeng, Tellabu Essoe Ritengnga Bitarae, Taro ada Taro Gau. Kesemuanya itu sebenarnya terangkum dalam SUMANGE TEALARA.

Penulis (Mursalim) berpendapat bahwa dari sekian banyak petuah leluhur Bugis Bone yang ada, maka diperlukan adanya satu bahasa YASSIBONEI ( dimiliki seluruh masyarakat Bone ) untuk dijadikan sebagai sebuah bahasa semangat sekaligus menjadi MOTTO Kabupaten Bone.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Motto SUMANGE TEALARA :
1. SUMANGE TEALARA berawal dari niat
2. SUMANGE TEALARA memberikan kekuatan dan keyakinan diri
3. SUMANGE TEALARA lahir dari kebersamaan
4. SUMANGE TEALARA adalah ruh kehidupan yang menjiwai segala tindak tanduk kita.
5. SUMANGE TEALARA dapat menciptakan jalan.
6. SUMANGE TEALARA dapat mengusir ketakutan
7. SUMANGE TEALARA dapat mengobati rasa lelah
8. SUMANGE TEALARA dapat mematahkan kesulitan.
9. SUMANGE TEALARA dapat mengantarkan kita pada tujuan
10.SUMANGE TEALARA dapat menunjukkan jatidiri
11.SUMANGE TEALARA dapat menerangi kegelapan kita
12.SUMANGE TEALARA dapat mengangkat harkat dan martabat

Demikian buah pikiran penulis semoga ada manfaatnya, dengan motto SUMANGE’ TEALARA dapat menggugah kita semua dalam upaya mewujudkan masyarakat Bone yang sehat, cerdas, dan sejahtera.
Terima Kasih.

Oleh : Mursalim, S.Pd.,M.Si.
* Kepala Bidang Teknologi Informasi Kabupaten Bone
* Direktur Lembag Seni Budaya Teluk Bone

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *